SDN Sadeng 03 Kunjungan ke MURI
Semarang, 29/03/2017. Menindaklanjuti
kegiatan jeda tengah semester yang tertunda SDN Sadeng 03 melaksanakan kegiatan
fieldtrip ke Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) yang bertempat di Semarang. Kegiatan
yang seharusya dilaksanakan di minggu ke dua bulan Maret baru dapat
dilaksanakan di minggu ke empat karena pihak MURI dan Jamu Jago memberikan
jadwal kunjungan pada Rabu, 29 Maret 2017. Tujuan kunjungan tersebut untuk
mengenalkan peserta didik pada rekor superlative yang ada di Indonesia serta
mengenalkan industry jamu. Kegiatan yang dimulai pukul 09.00 WIB diawali dengan
sambutan dari pihak MURI, yaitu Ibu Widya. Ucapan selamat datang dan sambutan hangat diberikan kepada seluruh
rombongan dari SDN Sadeng 03 dan dilanjutkan dengan sambutan perwakilan dari
SDN Sadeng 03. Bapak Bayu Wijayama, M.Pd mewakili pihak sekolah menyampaikan “Kedatangan
kami ke MURI dan Jamu Jago adalah untuk membekali dan memperkenalkan peserta
didik terhadap dunia industri yang diharapkan dapat menginspirasi peserta didik
tentang industri jamu dan perolehan rekor yang ada di Indonesia sekaligus
sebagai agenda rutin kegiatan outdoor
learning yang dilaksanakan di SDN
Sadeng 03 di setiap jeda semester”.
Kegiatan dilanjutkan pemaparan
dari pihak MURI dan Jamu Jago. Mereka menjelaskan tentang sejarah perusahaan
yang didirikan pada 01 Juni 2018 di Wonogiri oleh Bapak T.K Suprana. Kemudian dijelaskan
tentang pengembangan pasar, pengembangan bentuk produk serta penghargaan
internasional yang pernah diraih perusahaan. Di akhir presentasi dari pihak
MURI disediakan sesi tanya jawab. Para peserta didik dari SDN Sadeng 03 sangat
antusias dan aktif untuk bertanya. Dyah Ayu Probaningrum Kelas 3 menanyakan “Mengapa
dinamakan jamu Jago?” Pertanyaan dari Dyah Ayu Probaningrum dijawab oleh pihak MURI
dan jamu Jago, mereka menjelaskan bahwa nama jamu Jago sesuai dengan logonya
yaitu ayam jantan dalam bahasa jawa adalah Jago, selain itu juga Jago dapat
diartikan sebagai Jagoan dengan maksud konsumen yang mengkonsumsi jamu Jago
dapat menjadi Jagoan. Pertanyaan yang menarik dan luar biasa di tanyakan oleh
Septian Susilo Nugroho peserta didik kelas V, dia menanyakan “Jamu jago kan
didirikan tahun 1918 padahal itu belum merdeka, mengapa pada tahun tersebut
orang bisa membuat perusahaan dan mengapa tempatnya di Semarang?”. Pertanyaan yang
menarik tersebut dijawab langsung oleh pihak MURI dan Jamu Jago. Sejarah perusahaan
dibangun pada 1 Juni 1918. Pada waktu itu bapak T.K Suprana belum mendirikan
perusahaan, melainkan industry rumah tangga. Berjalannya waktu permintaan jamu
yang banyak mengharuskan untuk membuat dalam jumlah yang banyak sehingga
didirikan perusahaan dan pemilihan Semarang sebagai tempat produksi adalah
untuk mempermudah distribusi karena Semarang memiliki letak yang strategis
untuk pemasarannya. Di akhir kegiatan peserta didik dipersilahkan untuk
mengidentifikasi dan meneliti tentang bahan baku jamu serta mengidentifikasi
daftar perolehan rekor MURI yang ada pada galeri.
Kegiatan yang menyenangkan serta
menantang bagi peserta didik merupakan implementasi dari pembelajaran yang
menerapkan contextual teaching learning
(CTL) di mana peserta didik
dihadapkan pada dunia nyata, permasalahan yang nyata kemudian diminta untuk
mengidentifikasi, menanyakan, mencoba, menganalisis dan menyimpulkan (scientific method) sehingga peserta
didik dapat merasakan pembelajaran yang bermakna yaitu pembelajaran yang
menekankan pada ketiga aspek baik kognitif, afektif maupun psikomotor. Menurut testimoni
dari Aliyah Rahma Maghfirota peserta didik kelas V “Saya baru pertama kali
berkunjung ke MURI dan Jamu Jago, di sana saya dapat belajar tentang cara
membuat jamu, mengetahui banyak rekor serta minum jamu gratis”. Peserta didik
yang berkunjung ke MURI dan Jamu Jago selain belajar tentang jamu dan rekor
mereka secara tidak langsung belajar tentang pengembangan karakter melaluinya falsafah
Ojo Dumeh-Rukun Agawe Santoso yang artinya jangan sombong dan bersatu
bekerja sama adalah wujud dari kemakmuran, kenyamanan dan keharmonisan. Peserta
didik juga dapat mengimplementasikan sapta upaya jamu Jago, yaitu standar,
efisiensi, kreatifitas, citra, mutu, control dan kemampuan dalam kegiatan
belajar di sekolah.